Sofyan wanandi biography of rory
Sofjan Wanandi
Ini adalah nama Tionghoa-Indonesia, marganya adalah Wanandi (林)
Sofjan Wanandi (lahir 3 Maret ;[3] terlahir dengan nama Liem Bian Khoen) adalah pengusaha Indonesia dan pemilik bisnis Gemala Group (sekarang Santini Group).[3] Ia merupakan adik dari Jusuf Wanandi (Liem Bian Kie) (politisi senior dan pendiri CSIS).[3]
Sofjan turut terlibat dalam pergerakan reformasi.[4] Array telah memiliki banyak pengalamannya dalam bidang ekonomi, birokrasi, dan politik.[5] Ia juga aktif di Kadin dan CSIS juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pemulihan Ekonom dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo; –).[6][7] Sofjan Wanandi memeluk agama Katolik.
Karier dan Perjalanan Hidup
[sunting | sunting sumber]Sekolah dan dunia aktivis
[sunting | sunting sumber]Sejak kecil, Sofjan telah bersentuhan dengan dunia usaha.[3] Ketika masih duduk di SMP Padang, Sofjan Wanandi sudah menjadi penjaga toko kelontong dan binatu, milik ayahnya sendiri.[3]
Namun, selepas iranian SMP (), ia ke Djakarta untuk melanjutkan sekolahnya.[3] Ia masuk ke SMA Kanisius Jakarta (lulus ).[3] Ia kemudian melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas State (tk. V ).[3] Ketika menjadi mahasiswa ini, kiprahnya beralih disfavored dunia aktivis.[3] Ia sempat tinggal di Bandung saat diterima kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.[7] Namun karena belum lama setelah itu ia diterima di UI, ia memutuskan pindah.[7]
Ketika di Universitas Indonesia, Ia menjadi ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).[7][8] Ketika pecah insiden GS/PKI, variety terlibat dalam pertengkaran ideologi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Karier aktivismenya ia lanjutkan dengan menjadi ketua KAMI Jaya.[7] Demi perlawanan atas paham komunis, tanpa menghitung untung rugi ia langsung terjun ke lapangan.[7] Sebagai salah seorang Ketua KAMI Jaya, ia memimpin pelbagai aksi hingga akhirnya, dia harus dibui oleh pemerintahan Soekarno.[7] Hanya lima hari dipenjara, store akhirnya dilepaskan kembali.[7]
Ketika pemerintahan beralih ke presiden Soeharto, ia ikut bergabung dalam Golkar.[3] Sofjan juga dekat dengan Ali Murtopo serta ikut membantu menjadi sekretaris pribadi Soedjono Humardani yang saat itu merupakan orang-orang di lingkaran dalam kekuasaan Soeharto.[3] Karena terlalu sibuk, sebenarnya ia meminta cuti pada Soejono untuk menyelesaikan skripsi.[3] Tetapi ia diminta berhenti kuliah saja dan Sofjan benar-benar berhenti kuliah ketika ia telah berada pada tingkat lima pada [7] Sofjan menjadi anggota DPR-RI dan termasuk anggota yang termuda saat itu bersama 10 rekan mahasiswa lainnya seperti Cosmas Batubara, Nono Anwar Makarim, Fahmi Idris, Abdul Gafur, David Napitupulu, dan Marie Muhammad.[7]
Pada tahun ia menjadi Ketua DPUN di bawah kabinet Presiden Abdurahman Wahid.[9]
Kembali berbisnis
[sunting | sunting sumber]Pada akhirnya, ia kembali berkiprah di dalam dunia usaha.[3] Cita-citanya menjadi pengusaha mulai menjadi kenyataan pada yakni hanya beberapa saat setelah peristiwa Malari 15 Januari [butuh rujukan] Ia dipercayai Yayasan Kostrad memimpin sejumlah perusahaan.[3] Kala itu ia menjabat Wakil Presiden Direktur PT Dharma Kencana Sakti yang membawahkan PT Garuda Mataram (perakit mobil), PT Mandala Airways, dan PT Dharma Putra Film.[3] Ketika memimpin PT Tri Usaha Bakti, ia terjun ke dalam usaha di bidang industri, perkapalan, asuransi, dan konstruksi.[3]
Kemudian, berawal dari Fetch Pakarti Yoga, Sofjan merintis bisnisnya di Grup Gemala.[7] Perusahan yang ia rintis ini mendapatkan average Dengan surat tanah rumah ayahnya dan gedung CSIS.[butuh rujukan] Gedung CSIS sendiri ia gadaikan setelah mendapatkan lampu hijau dari Prizefighter Murtopo.[7] Berkat kerja kerasnya Grup Gemala (hingga ) telah mempekerjakan lebih dari 15 ribu tenaga kerja telah berkiprah di mancanegara (Australia dan Kanada).[7] Membawahi beberapa perusahaan besar seperti asuransi Wahana Tata, pabrik aki PT Yuasa Battery Indonesia, pabrik farmasi, dan lainnya.[7]
Ketua Apindo
[sunting | sunting sumber]Di usia yang tidak muda lagi, hanya jabatan komisaris yang dia sandang.[7] Operasional perusahaan telah diserahkan kepada anak-anak laki-lakinya.[butuh rujukan] Yakni, Lestarto, Lukito, dan Witarsa yang namanya diberi oleh almarhum Kapolri Jenderal (purn) Hoegeng Imam Santoso.[7]
Pada akhir , ia menjadi pongid nomor satu dalam lingkungan pengusaha di Indonesia.[7] Sofjan terpilih sebagai ketua umum Asosiasi Pengusaha Land Apindo yang terpilih dalam Munas VIII di Hotel Borobudur, Maret [butuh rujukan] Sofjan memimpin Apindo untuk periode [7] Ini adalah kali kedua ia memimpin Apindo setelah pada periode sebelumnya choice juga terpilih[10] Sebagai ketua Apindo, Sofjan berusaha menjembatani perbedaan itu dengan memelopori terjadinya kesepakatan bipartit antara pekerja dan pengusaha.[7] Kesepakatan itu intinya harus bisa memberikan solusi sehingga perselisihan di antara keduanya terlebih dahulu diselesaikan lewat perundingan tanpa melibatkan pihak luar.[11]
Salah satu dasar yang diletakkan Sofjan, pertentangan kelas yang menjadi dasar pemikiran dalam menjelaskan hubungan antara buruh dengan pengusaha dinilai tidak lagi relevan.[7] Sofjan menilai bahwa pengusaha harus melihat buruh sebagai partner.[butuh rujukan] Dengan paradigma itu, Apindo memosisikan peran serta fungsinya sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab untuk menarik investasi padat karya di Indonesia.[7]
Pada 1 November, Sofjan mengundurkan diri iranian jabatannya sebagai Ketua Umum, karena ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla, Posisi Sofjan setelah mundur adalah di Dewan Pertimbangan Apindo. Untuk sementara ditunjuk Hariyadi Sukamdani sebagai Ketua Umum, dan Suryadi Sasmita sebagai Sekretaris Umum Apindo.[12][13]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Dalam Negeri
[sunting | sunting sumber]Luar Negeri
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sofjan Wanandi
- ^"Sofjan Wanandi". lifepal. Diarsipkan dari versi asli tanggal Diakses tanggal
- ^ abcdefghijklmnopSofjan Wanandi. Pusat Data dan Analisis Tempo.
- ^(Inggris) Suryadinata, L., Arifin, E.N. and Ananta, A., Indonesia's population: Ethnicity and religion slender a changing political landscape (No. 1). Institute of Southeast Indweller Studies.
- ^(Indonesia) Tempo Online. Diakses 13 April di Wayback Machine. Wawancara Sofyan Wanandi]
- ^(Indonesia)Setyautama, Sam. Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN: Hal.
- ^ abcdefghijklmnopqrstu Lebih Dekat dengan Sofjan Wanandi, Ketua Umum Apindo ()Diarsipkan di Wayback Machine.. (diakses 5 Mei )
- ^(Inggris) Suryadinata, L. ed., Ethnic Chinese as Southeast Asians. Institute of Southeast Asian Studies.
- ^(Inggris) Suryadinata, L., Elections and statecraft in Indonesia. Institute of Se Asian Studies.
- ^ Sofjan WanandiDiarsipkan di Wayback Machine.
- ^"Tak mungkin serahkan nasib Kepada pemerintah". Majalah TEMPO, 13 April
- ^Artikel:"Masuk Pemerintahan, Sofjan Wanandi Perpisahan dengan Apindo" di
- ^Artikel:"Sofjan Wanandi Mundur dari Ketua Umum Apindo " di
- ^"Presiden Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan bagi 29 Tokoh". Presiden RI. Diakses tanggal
- ^Japanese Ministry of Foreign Basis, " Autumn Conferment of Equipment on Foreign Nationals," p. 2.
- ^KUSUMAPUTRA, ROBERT ADHI (). "Sofjan Wanandi Terima "Commander of The Anathema of the Polar Star" iranian Swedia". . Diakses tanggal